Dalam sebuah perkumpulan atau tongkrongan dari anak muda hingga orang tua, kebiasaan membicaran kejelekan manusia lainnya atau yang kerap dikenal dengan istilah ghibah adalah suatu hal yang lumrah. Kegiatan ghibah sudah seperti bumbu dalam kehidupan, ibarat kopi tanpa gula, sayur tanpa garam begitulah kegiatan nongkrong tanpa ghibah.
Parahnya, di setiap tongkrongan nggak sedikit dari kita yang terpancing untuk “ikut” dalam obrolan perghibah ini. Berawal dari cuma ikut dengerin berujung ikut ngomongin. “Ya gimana ya, ghibah itu menyenangkan” kira – kira begitalah alasan sebagian orang yang sedang asyik berghibah.
Kegiatan ghibah ini ternyata nggak cuma di lakukan kaum hawa aja tapi juga kaum adam. Pernah sewaktu itu saya nggak sengaja nguping obrolan perghibahan kaum adam, dan ternyata kaum adam kalo ghibahin orang nggak kalah heboh. Ya kira – kira hampir sebelas dua sama kaya kaum hawa kalo lagi ghibah.
Tapi kalian sadar nggak sih semenjak bergabung dalam sebuah obrolan per-ghibah di circle tongkrongan, kalian jadi mendapatkan banyak informasi baru. Mulai dari bobroknya kelakukan bejat si A, alay nya si B, alimnya si C, kocaknya si D, bahkan sombongnya tingkah si E.
Terlepas dari berdosa atau enggaknya ngomongin orang, kita semua nggak ada yang tau. Toh topik yang di bahas adalah fakta. Bahkan, nggak sedikit yang menjadikan ghibah sebagai rutinitas sehari-hari. Terlebih hal ini mudah dan fleksibel dilakukan, kapan pun dan dimana pun. Untuk itu berikut beberapa aturan main yang biasa di jumpai saat kegiatan ghibah berlangsung. Apakah dari kalian juga menerapkan aturan ini ?
Pertama, gosip akan di mulai dengan kalimat template.
“Eh eh tau nggak sih,si A ternyata…“ atau “Bukannya mau ngomongin orang, ya tapi..”
Kira – kira begitulah bridging sebelum dimulainya topik per- ghibahan ini. Kalimat ini sudah menjadi sebuah kode bagi semua orang kalau sebentar lagi obrolan ghibah akan segera dimulai. Memang biasanya orang nggak secara terang – terangan menyatakan kalau ingin berghibah, umumnya mereka secara tidak langsung akan membuka jalannya obrolan per-ghibah dengan menggunakan kalimat tersebut.
Kedua, menyeratakan screenshot postingan sebagai bukti
Tak lengkap rasanya kalau bergibah tanpa adanya barang bukti berupa screenshot gambar atau video, tujanannya tidak lain dan tidak bukan ya untuk memperkuat isi cerita. Mungkin malaikat akan bingung, mau di catat dosa tapi kok yang diomongin fakta. Buat kamu yang hobi ghibah nggak perlu takut kan obrolan yang sedang di bahas berdasarkan fakta bukan berita hoax yang belum diketahui kebenarannya toh ada buktinya edisi nawar dosa wkwk. Bahkan saking seringnya menyimpan screenshot untuk bahan ghibah memori handphone mendadak jadi penuh, apa kamu juga merasakan hal yang sama.
Ketiga, menggunakan inisial saat ghibah ditempat umum.
Tidak seperti akun tetangga sebelah yang suka ngomongin orang secara terang – terangan di media sosial. Sebagian dari pelaku ghibah syariah ini biasa menggunakan nama samaran untuk mengecoh orang – orang kepo yang pengen ikutan nguping. Perlu dingat, walaupun sedang berghibah kita juga harus menjaga rahasia apalagi di tempat umum. Untuk itu, agar semua orang yang lagi ada di sekelilimu nggak tau kalau kamu dan gerombolanmu sedang melakukan aktifitas berghibah, biasanya akan menggunakan inisial nama bagi si objek ghibah.
Keempat, setiap orang bebas untuk berbicara dan menanggapi objek ghibahan.
Ketika salah satu orang selesai menyampaikan topik permasalahan yang sedang di bahas. Biasanya orang – orang yang tadinya berniat ingin mendengarkan saja berubah jadi ikutan ngomongin. Tanggapan nya pun beragam mulai dari yang mengatai, mengujat, membela, bahkan memaki. Percaya deh semakin banyak orang yang turut ikut menanggapi objek ghibahan tersebut maka berita gosip tersebut semakin seru.
Kelima, ditutup dengan kalimat “Eh yang ini tadi jangan di bocorin ke siapa – siapa ya” Kalimat khas sejuta umat, terlebih bagi segerombolan orang yang baru saja selesai melakukan aktivitas ghibah. Percayalah ketika semua orang dalam tongkrongan tersebut sudah sepakat mengatakan iya untuk tidak ember ke siapapun, tapi tetap saja salah satu diantara mereka ada yang ember. Kalau nggak sengaja keceplosaan ngomong ketika lagi nongkrong dengan gerombolan lain sih masih bisa diampuni, nah kalau yang sengaja membocorkan rahasia demi adanya topik obrolan di tongkrongan sebelah kan bahaya. Jadi sebelum ghibah perhatikan teman – teman tongkrongan mu siapa tau ada yang berpotensi menyebarkan berita atau malah kamu yang biasa jadi ember bocornya.